Linimedia.com, Rembang – Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo mendapat sejumlah curhatan para petani Hutan di Rembang. Keluhan tersebut disampaikan para petani saat Ngopi Bareng Mas Kaesang di Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini, Minggu (17/12).
Didampingi istrinya Erina Gudono, Kaesang hadir dalam acara tersebut bukan sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Namun datang secara pribadi ingin menemui rakyat yang selama ini mendukung ayahnya Joko Widodo.
Koordinator Semut Ireng Kabupaten Rembang, Mia Rizky menegaskan kegiatan tersebut tidak ada kaitannya dengan partai ataupun Capres Cawapres.
“Mas Kaesang murni turun ke masyarakat mendengarkan keluh kesah petani hutan Rembang. Ini kita bikin kegiatan santai, yaitu Ngopi Bareng Mas Kaesang,” ungkapnya.
Ditempat yang sama, Pembina Rejo Semut Ireng Harsono mengaku bahwa kegiatan ini mendadak dengan persiapan hanya 2 hari. Pihaknya melakukan pengumpulan massa secara singkat dan ribuan massa memenuhi Taman Pantai Kartini.
“Acara memang mendadak. Kita mendengar Mas Kaesang turun ke Rembang. 2 hari ini kita melakukan koordinasi maka kita berangkatkan 1500 an petani hutan,” bebernya.
Dalam ngopi bareng membahas tentang problematika yang dialami petani hutan. Diantaranya program Kawasan Hutan Dengan Pengelolaan Khusus (KHDPK) Perhutanan Sosial dan masalah pupuk. Termasuk perpres 28 tahun 2023 tentang Perencanaan terpadu Percepatan Pengelolaan Perhutanan Sosial.
“Ada diskriminasi masyarakat petani hutan meskipun ada perpres 28, tapi implementasi di lapangan penerjemahan pihak terkait tidak serius untuk memberikan pupuk bersubsidi kepada petani hutan. Petani masih merasa termarjinalkan,” pungkas Harsono.
Salah satunya problem yang dialami petani bernama Umi. Dia mengeluhkan persoalan pupuk bersubsidi yang dalam distribusinya tidak merata. Kaesang pun menjawab bahwa hak petani atas pupuk harus terpenuhi.
“Kalau komunitas ada datanya komplit, KTP nya semua ada harus punya hak untuk pupuk subsidi,” terang Kaesang.
Petani lainnya juga mempersoalkan akses jalan yang memprihatinkan. Petani juga mendesak pemerintah agar segera menerbitkan SK perhutanan sosial. Ada juga petani yang mengharapkan bantuan program agroforestry berupa bibit buah.
Kaesang menawarkan beberapa solusi diantaranya kerjasama dengan pihak ketiga. Dia juga berupaya menyambungkan dengan pihak terkait untuk menjawab permasalahan para petani.
“Saya akan mengupayakan dengan dinas terkait, dengan pertanian, dengan LHK, ATR/BPR. Sehingga tidak ada konflik lain. Pokoknya kami mencoba pecahkan masalah itu satu persatu,” pungkasnya. (bgm)