Rembang, linimedia.com – Keberadaan pedagang di Pasar Kreatif Lasem kian hari semakin berkurang. Sejumlah fasilitas modern yang ada di pasar yang dibangun oleh Kementerian PUPR itu seolah tak memberi dampak positif bagi pedagang.
Salah satu pedagang Pasar Kreatif Lasem, Abdul Mujib mengaku dirinya sudah kurang lebih sudah 1 tahun berdagang di kios pasar kreatif Lasem. Pada awal penyerahan kunci, sedikitnya ada 70an pedagang yang menempati kios pasar kreatif Lasem.
Namun seiring berjalannya waktu, satu per satu pedagang memutuskan tidak berjualan lagi di Pasar Kreatif Lasem. Hingga saat ini hanya menyisakan kurang dari 30 pedagang dari 143 kios yang masih bertahan dibangunan pasar semi moderen itu.
“Ironisnya saat ini tinggal tidak ada atau kurang dari 30 pedagang yang masih aktif di pasar kreatif. Ini apakah karena namanya kreatif sehingga pedagang sama kreatif untuk meninggalkan pasar, atau pasar kreatif ini pemberian namanya belum dibancaki (syukuran) saya kurang tahu,” ujarnya.
Dirinya membeberkan, pedagang yang saat ini masih aktif berdagang di Pasar Kreatif Lasem hampir semuanya mengeluh sepinya pengunjung. Sebab mayoritas pedagang harus merintis usahanya kembali setelah pasar kreatif lasem bisa ditempati usai dibangun.
“Saya berdagang kurang lebih 20 tahun, begitu memasuki pasar baru itu seperti anak bayi. Semua pelanggan hilang, merintis lagi dari 0 atau bahkan dari minus. Karena dalam 1 hari itu kadang laku kadang tidak. Kadang hanya laku 1-2 potong,” kata dia.
Belum lagi naiknya harga retribusi kios ditambah sejumlah fasilitas yang mulai rusak membuat pedagang semakin tak betah. Padahal dalam waktu dekat, saat hari raya idul fitri menjadi momen yang ditunggu-tunggu pedagang untuk meraup keuntungan lebih atau mremo.
“Contoh yang sangat urgent sekali di lantai 2 itu lift dan eskalator tidak berfungsi. Orang yang agak sepuh umur 50 tahun itu naik tangga pasti tidak mau kembali,” ungkapnya.
Atas kondisi tersebut dirinya berharap pedagang diberi waktu untuk memulihkan kondisi usahanya sebelum retribusi dengan harga yang baru diterapkan. Sebab saat ini dirinya harus membayar retribusi sebesar Rp 432 ribu per bulan dari yang sebelumnya Rp. 72 ribu per bulan.
“Paling tidak 1 tahun kedepan kita diperhatikan untuk persiapan itu (pembayaran retribusi). Disamping juga pengurangan (harga retribusi), kalau nilainya seperti itu saya rasa 1 tahun kedepan kami masih pesimis,” pungkasnya. (rtw)