Rembang – Suasana di Gudang pembuatan peti jenazah di RSUD dr R Soetrasno Rembang terlihat nampak sibuk. Para pekerja sibuk membuat peti yang diperuntukkan bagi jenazah Covid-19.
Mulai dari memotong lembaran papan kayu, membuat kerangka peti, hingga mengecat peti. Setelah peti jenazah sudah jadi, para pekerja terlihat langsung menggotong dan membawanya ke kamar jenazah.
Salah satu pekerja pembuat peti jenazah Covid-19, Edi Cahyono 28 tahun mengatakan pembuatan peti jenazah di RSUD dr. Soetrasno mulai dilakukan sejak awal Juni tahun 2020 lalu. Meningkatnya kasus kematian diakibatkan Covid-19 pada saat itu, memaksa para pekerja harus bekerja ekstra untuk memproduksi peti jenazah.
Terkadang kalau mepet ya langsung kita buat peti dadakan. Malem-malem pernah jam 23.00 WIB pernah, jam 01.00 WIB dini hari juga pernah.
Ia mengaku sebenarnya para pekerja pembuat peti adalah pekerja pemelihara gedung. Dikarenakan dalam situasi pandemi, mereka terpaksa merangkap sebagai pembuat peti jenazah.
“Sebelumnya kita kerjanya mengecat gedung RSUD dr. Soetrasno, awal mulanya sebelum membuat peti jenazah Covid-19,” kata Edi Cahyono, Rabu 17 Februari 2021.
Sebelum memproduksi peti jenazah sendiri, kata dia, RSUD dr. Soetrasno sempat beli jadi peti jenazah dengan harga per petinya Rp. 1,5 juta. Tentu jika hal itu terus dilakukan pasti akan menguras anggaran RSUD dr. Soetrasno.
Oleh karena itu, untuk menghemat biaya, para pekerja pemelihara gedung diberi tugas tambahan untuk membuat peti jenazah Covid-19. Benar saja, dengan langkah tersebut pihak RSUD mampu memproduksi 8 buah peti jenazah dengan biaya hanya sekitar Rp. 1 jutaan saja. Itu pun sudah termasuk ongkos bahan dan jasa pembuatan untuk para pekerja.
“Kurang lebih biayanya Rp. 1 juta untuk membuat peti, itu sudah termasuk bahan dan ongkos pengerjaan. Tapi dalam sehari itu bisa memproduksi 8 peti, tapi kalau beli jadi satunya harganya Rp 1,5 juta” jelasnya.
Karena merangkap sebagai pembuat peti, para pekerja tersebut juga dituntut harus siap kapan pun jika diminta untuk membuat peti jenazah. Dirinya pun pernah mengalami, karena persediaan peti jenazah habis, ia diminta untuk membuat peti jenazah pada pukul 01.00 WIB dini hari.
“Kita persediaan peti jenazah, tapi terkadang kalau mepet ya langsung kita buat peti dadakan. Malem-malem pernah jam 23.00 WIB pernah, jam 01.00 WIB juga pernah,” bebernya.
Edi menjelaskan, berbeda dengan peti jenazah pada umumnya, peti jenazah untuk Covid-19 memiliki spesifikasi khusus. Bagian atas dan bawah peti jenazah menggunakan papan kayu dengan tebal 1 cm.
Kemudian untuk bagian samping kanan, kiri, depan dan belakang peti jenazah menggunakan papan kayu tebal 2 cm. Sedangkan kerangka peti jenazah menggunakan kayu berdiameter 2×3 cm.
“Untuk ukurannya sudah ada standarnya, mulai dari tebal bagian atap dan bawah, terus samping kanan, kiri, depan dan belakang,” bebernya.
Ukuran peti jenazah yang dibuat di RSUD dr. Soetrasno juga memiliki ukuran yang berbeda-beda. Mulai dari ukuran peti yang normal, sedang, kecil hingga ekstra besar.
“Ukuran anak-anak juga ada, ukuran dewasa, sama ukuran jumbo. Kalau standarnya atau yang normal ukurannya 190 x 60 cm. Kalau yang ukuran terbesar 2 meter x 65 cm,” terangnya.
Dirinya menambahkan, jika ditotal, hingga saat ini peti jenazah yang telah diproduksi sendiri oleh RSUD dr. Soestrasno mencapai 200 peti lebih. Tidak hanya untuk penggunaan pribadi saja, Kabupaten tetangga seperti Pati dan Blora juga pernah membeli peti jenazah buatan RSUD dr. Soestrasno.
“Dari Pati juga sering mengambil peti dari sini, Blora juga pernah mengambil beberapa kali,” imbuhnya.