SEMBUNYIKAN IKLAN INI
BeritaCeritaSosial Budaya

Asal Usul Lokalisasi Lorong Indah Yang Melegenda di Pati

1094
×

Asal Usul Lokalisasi Lorong Indah Yang Melegenda di Pati

Sebarkan artikel ini
Wanita penghibur di lokasilasi LI saat dites narkoba. (Linimedia/istimewa)
Wanita penghibur di lokasilasi Lorong Indah (LI) saat dites narkoba. (Linimedia/istimewa)

Pati – Siapa yang tak kenal dengan tempat lokalisasi yang satu ini, yap Lorong Indah (LI) yang ada di Kabupaten Pati. Tempat dimana para gadis-gadis pantura menjajakan tubuhnya untuk memuaskan hasrat birahi para laki-laki hidung belang.

Tak disangka, lokalisasi LI ternyata merupakan lokalisasi terbesar di Kabupaten Pati, bahkan diantara kabupaten sekitar. Meski begitu, belum banyak yang tahu, sejak kapan tempat prostitusi ini berdiri.

Untuk diketahui, tempat prostitusi ini berlokasi di tengah persawahan Desa/Kecamatan Margorejo, dan jauh dari permukiman penduduk. Terletak sejauh 4,3 kilometer dari pusat kota Pati, dengan jarak tempuh sekitar 15 menit.

Awalnya Pak Saru, lalu berkembang ada warga lain yang mendirikan warung makan. Lalu hadir wanita penghibur.

Salah seorang pemerhati sejarah di wilayah setempat, Setyo Budi Wibowo, mengatakan tempat pelesir para lelaki hidung belang ini mulai dikenal sejak tahun 1998. Didirikan oleh seorang tokoh bernama Saru, tempat prostitusi ini bermula dari warung kecil di lahan kosong seluas 1 hektare di tengah sawah.

Baca juga:  30 Persen Jalan di Rembang Rusak Berat, Perbaikan Terkendala Cuaca
Suasana malam tempat lokalisasi Lorong Indah (LI). (Linimedia/istimewa)

Melihat sejarah pada tahun 1998, tepatnya saat krisis moneter menerjang Indonesia yang menyebabkan inflasi rupiah besar-besaran. Terjadi kenaikan harga bahan pokok yang mengakibatkan terjadinya kerusuhan dan kekacauan pada kala itu.

Kerusuhan tidak hanya terjadi di kota besar saja, tetapi merambah di sejumlah daerah, termasuk di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani ini. Di Pati, kerusuhan menjalar ke berbagai wilayah hingga ke kompleks prostitusi Bletek turut Dukuh Bertek, Desa Dadirejo, Kecamatan Margorejo, yang dirusak dan dibakar massa.

“LI ada sejak 1998, pada era krisis, pasca pembumihangusan lokalisasi Bletek. Saat itu Bletek dirusak dan dibakar massa,” kenang  Setyo Budi Wibowo, Sabtu 13 Februari 2021.

Baca juga:  Polisi Ungkap Kronologi Pembunuhan Satu Keluarga di Rembang

Pasca lokalisasi Bletek rata dengan tanah, sebagian penghuninya memutuskan untuk kembali ke daerah asal. Sisanya tetap menggantungkan hidup dengan menjajakan diri, karena ekonomi yang jatuh habis-habisan.

Suasana malam Lorong Indah (LI). (Linimedia/istimewa)

Kemudian para penghuni lokalisasi Bletek yang bertahan, memutuskan untuk bergeser mangkal di lahan kosong tengah persawahan dekat dengan warung kecil milik pak Saru.

“Sebenarnya, LI sudah ada jauh sebelum Bletek dibinasakan. Hanya saja, berupa warung milik Pak Saru itu. Para Wanita Tuna Susila (WTS) Bletek sebagian pindah ke situ juga,” ucapnya.

Lokasi itu pun lambat laun dikenal dengan istilah Lorog Indah, dan akhirnya dikenal luas di dunia hiburan malam. Kini masyhur dengan nama Lorong Indah.

“Dulu namanya Lorog Indah, bukan Lorong Indah. Lorog itu bahasa daerah sini, atau bisa diartikan lahan kosong. Mungkin diganti Lorong Indah karena nama itu lebih menjual,” ungkap kakek berusia 71 tahun itu.

Baca juga:  Semifinal Lawan As Klinse, Joker FC Tak Diperkuat Pemain Andalannya
lokalisasi Lorong Indah (LI). (Linimedia/istimewa)

Pelan tapi pasti, lahan ini berkembang pesat, pasca kerusuhan Bletek sampai sekarang. Hingga pada tahun 2021 ini, tercatat jika kompleks ini memiliki lebih dari 200 kepala keluarga (KK).

“Awalnya Pak Saru, lalu berkembang ada warga lain yang mendirikan warung makan. Lalu hadir wanita penghibur. Ada pula warung makan yang membuat bilik-bilik kamar juga saat itu,” jelasnya.

Terhitung ada sejumlah gang di tempat ini, di situ berjejer bangunan yang kebanyakan diperuntukkan untuk cinta satu malam. Disamping, toko-toko yang menjual keperluan sehari-hari bagi warga setempat.

Penghuninya sendiri, tidak sedikit yang berasal dari luar daerah. Dan tidak hanya didominasi dari Pati. Sehingga menimbulkan keanekaragaman interaksi sosial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *