Rembang, linimedia.com – Di saat sebagian orang sibuk scroll media sosial sambil rebahan, warga Desa Sumberjo Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang malah bikin gebrakan sosial di desa setempat.
Gerakan mereka dinamakan SUPEL (Sumberjo Peduli) dan seperti namanya, gerakan ini benar-benar supel, alias fleksibel, gampang bergaul, dan paling penting, gak pelit buat bantu sesama.
Kalau biasanya ada pepatah “tetangga dekat lebih baik daripada saudara jauh”, kenyataannya sering kebalik, tetangga malah jadi rival diam-diam. Tapi di Sumberjo, prinsipnya beda! Mereka percaya bahwa bantu tetangga dulu, baru bantu dunia.
SUPEL bukan gerakan yang muncul tiba-tiba kayak mantan yang ngajak balikan. Semua berawal dari warga yang resah melihat masih banyak tetangga yang butuh bantuan.
Daripada cuma komentar “kok kasihan ya?” atau sibuk nge-share info bantuan di grup WA tanpa aksi, mereka langsung tancap gas bikin komunitas sosial beneran!
“Beberapa warga yang memiliki dedikasi di bidang sosial kemasyarakatan menyepakati untuk membentuk sebuah komunitas sosial yang akhirnya diberi nama SUPEL,” kata salah satu pendiri SUPEL, Joko Warsito.
Akhirnya, pada 25 Februari 2025, SUPEL resmi berdiri, dengan markas pertama di rumah Yulianto, RT 2 RW 3. Rumah yang tadinya cuma buat ngopi dan nonton bola bareng, sekarang jadi ‘basecamp kebaikan’!
Gerakan ini tidak dibiayai dari hasil menang arisan atau jualan online. Sumber dana SUPEL berasal dari iuran anggota dan donatur, yang ternyata bukan cuma warga Sumberjo, tapi juga dari luar desa.
“Bantuan yang diterima berasal dari iuran anggota serta sumbangan dari para donatur, baik dari warga setempat maupun dari luar Sumberjo,” ucap Joko.
Ramadhan ini, SUPEL gak pakai banyak teori. Mereka langsung turun ke lapangan, bantu lansia yang hidup sendirian.
Beberapa penerima bantuan pertama adalah Mbah Damisih (RT 3 RW 8) dan Ibu Sartini (RT 5 RW 3). Terbaru, Minggu (9/3), SUPEL nyamperin Mbah Suparni (77 tahun, RT 3 RW 6 Grajen) dan Ningrum (RT 2 RW 8).
Bantuan yang diberikan juga variatif. Mulai dari uang tunai, pakaian layak pakai, bahkan sembako. Pokoknya, kalau ada yang nyumbang, langsung disalurkan.
“jika ada yang menyumbang sembako, kami salurkan juga,” pungkas Joko.
SUPEL membuktikan bahwa tetangga itu bukan sekadar orang yang sering lewat depan rumah, tapi juga orang yang harusnya peduli satu sama lain. Gerakan ini bisa jadi inspirasi buat kampung sebelah.
Jadi, buat yang masih suka pura-pura sibuk tiap ada tetangga butuh bantuan, mending belajar dari SUPEL! Karena kalau bisa peduli sama yang jauh, kenapa gak mulai dari yang dekat? (*)