Rembang – Penataan kawasan kota pusaka Lasem memiliki dua PR besar yang harus dikerjakan untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan nantinnya. Seperti penyediaan pasokan air dan penataan jalan lingkar agar tidak terjadi kemacetan di kawasan tersebut.
Kalau jalan pantura dibiarkan dilintasi kendaraan besar tentu akan mengganggu dari fungsi kota pusaka.
Bupati Rembang Abdul Hafidz menyampaikan ketika kota pusaka Lasem menjadi tempat berkunjungnya banyak wisatawan tentu menjadi sebuah kebanggan bagi Rembang. Disisi lain jika banyak wisatawan yang berkunjung tentu kebutuhan khususnya air juga harus dipenuhi.
Bupati Hafidz menyadari pasokan air di kabupaten Rembang masih sangat minim. Sehingga permasalah tersebut menjadi salah satu PR yang harus diselesaikan.
“Air di Rembang masih sangat minim sekali, maka kecukupan air menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan program ini,” kata Bupati Hafidz.
Terkait PR tersebut, Bupati Hafidz sudah mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo pusat untuk optimalisasi pasokan air dari Kecamatan Sale. Usulan tersebut sudah dimasukan dalam keputusan Presiden.
“Oleh karena itu saya sudah mengusulkan kepada Pak Presiden yaitu program optimalisasi air dari Sale yang nanti akan menyuplai wilayah Lasem dan Kota Rembang. Dan ini sudah masuk dalam peraturan Presiden nomor 79,” jelasnya.
Lebih lanjut Bupati menerangkan, penanganan pasokan air masih belum cukup untuk menyempurnakan kawasan kota pusaka Lasem. Yang harus mendapat penanganan selanjutnya yaitu kemacetan yang kerap terjadi di jalan Pantura area alun-alun Lasem.
Karena jika dibiarkan terjadi kemacetan, maka akan sangat mengganggu para wisatawan yang berkunjung ke kota pusaka Lasem. Maka dari itu pihaknya juga telah mengusulkan ke Presiden Joko Widodo dan sudah masuk dalam perencanaan pembuatan jalur lingkar luar kota.
“Kalau jalan pantura dibiarkan dilintasi kendaraan besar tentu akan mengganggu dari fungsi kota pusaka. Dalam keputusan Presiden nomor 79 bahwa Rembang direncanakan jalur lingkar luar kota. Mulai dari Kaliori sampai Bonang jadi panjangnya kurang lebih 25,5 kilometer,” bebernya.
Orang nomor satu di Rembang itu menambahkan, tahun ini Detail Engineering Design (DED) jalur lingkar luar kota sudah jadi. Selanjutnya tinggal pembiayaan untuk pembebasan tanah yang rencananya dilaksanakan pada tahun 2022.
“Semoga rencana ini disetujui oleh DPRD sehingga pembiayaan untuk pembebasan tanah bisa dilaksanakan tahun 2022,” imbuhnya.